Demam adalah hal yang sering terjadi pada anak-anak, terutama saat daya tahan tubuh mereka menurun. Namun, tidak semua demam memiliki penyebab yang sama. Ada demam yang hanya disebabkan oleh infeksi ringan seperti flu, dan ada juga yang disebabkan oleh penyakit serius seperti Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sekilas, gejalanya memang mirip. Tapi orang tua perlu tahu bagaimana membedakan demam biasa dan DBD agar bisa mengambil tindakan yang tepat sejak dini.
Apa Itu DBD pada Anak?
DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini bisa menjadi berbahaya jika tidak segera ditangani, karena dapat menyebabkan penurunan trombosit dan perdarahan di dalam tubuh.
DBD sering kali muncul di musim hujan, saat banyak genangan air yang menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Itulah mengapa orang tua perlu ekstra waspada di periode ini.
Apa Itu Demam Biasa?
Demam biasa biasanya disebabkan oleh infeksi ringan seperti flu atau pilek. Kondisi ini adalah cara tubuh melawan virus atau bakteri yang masuk. Demam biasa tidak berbahaya dan biasanya sembuh dalam 1–3 hari dengan istirahat cukup, asupan cairan yang banyak, serta obat penurun panas bila diperlukan.
Perbedaan DBD dan Demam Biasa pada Anak
Meskipun sama-sama membuat suhu tubuh anak naik, ada beberapa tanda yang bisa membantu orang tua membedakan keduanya.
Pada DBD, demam biasanya muncul tiba-tiba dan sangat tinggi, bisa mencapai 39–40°C, dan sering kali sulit turun meski anak sudah diberi obat penurun panas. Kadang, suhu tubuh turun sebentar lalu naik lagi beberapa hari kemudian. Anak juga bisa mengeluh sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, serta muncul bintik-bintik merah di kulit.
Sedangkan pada demam biasa, suhu tubuh anak naik perlahan, umumnya tidak lebih dari 38,5°C, dan akan turun setelah minum obat atau cukup istirahat. Gejala yang menyertai biasanya ringan, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan tubuh lemas.
Perbedaan lain bisa dilihat dari durasi. DBD biasanya berlangsung 5–7 hari, dan memiliki masa kritis pada hari ke-3 hingga ke-5, saat suhu tubuh mulai turun tetapi risiko perdarahan justru meningkat. Sementara itu, demam biasa biasanya membaik dalam waktu singkat tanpa perlu perawatan intensif.
Kapan Harus Waspada?
Segera bawa anak ke dokter jika demam tidak kunjung turun setelah tiga hari, atau disertai gejala seperti:
- Nyeri hebat di otot, sendi, atau belakang mata.
- Muncul bintik merah di kulit.
- Muntah terus-menerus dan kehilangan nafsu makan.
- Perdarahan dari hidung atau gusi.
- Tinja berwarna hitam.
- Anak tampak sangat lemas, tangan dan kaki terasa dingin, atau tampak pucat.
Gejala-gejala ini bisa mengarah pada DBD dan memerlukan pemeriksaan medis segera, termasuk tes darah untuk melihat kadar trombosit.
Cara Mencegah DBD pada Anak
Karena DBD ditularkan oleh nyamuk, pencegahan utamanya adalah mengendalikan populasi nyamuk di sekitar rumah. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
- Lakukan 3M Plus, yaitu:
- Menguras tempat penampungan air secara rutin.
- Menutup rapat wadah air seperti drum, ember, atau bak mandi.
- Mendaur ulang atau membuang barang bekas yang dapat menampung air.
- Gunakan lotion antinyamuk atau kelambu saat anak tidur.
- Jaga kebersihan lingkungan, terutama area yang lembap dan tergenang air.
- Tanam tanaman pengusir nyamuk, seperti serai, lavender, atau daun mint.
- Pertimbangkan vaksinasi dengue (Qdenga) sesuai anjuran dokter untuk anak yang memenuhi syarat.
Cara Merawat Anak Saat Demam di Rumah
Jika demam anak tergolong ringan, perawatan di rumah biasanya sudah cukup membantu pemulihan. Orang tua bisa melakukan hal-hal berikut:
- Pastikan anak cukup istirahat agar daya tahan tubuh cepat pulih.
- Berikan banyak cairan, seperti air putih, sup, atau jus buah, agar anak tidak dehidrasi.
- Berikan makanan bergizi yang mudah dicerna.
- Jika suhu tubuh anak lebih dari 38°C, bisa diberikan paracetamol sesuai dosis yang dianjurkan dokter.
- Hindari memberikan aspirin pada anak karena bisa menyebabkan gangguan perdarahan.
Namun, jika demam tidak membaik setelah tiga hari atau disertai gejala berat, segera bawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sekilas, DBD dan demam biasa memang terlihat mirip, tapi sebenarnya keduanya sangat berbeda dalam hal gejala dan tingkat keparahan. Demam biasa biasanya ringan dan cepat sembuh, sedangkan DBD memerlukan perhatian medis serius karena bisa berbahaya bila terlambat ditangani.
Untuk perlindungan ekstra, pastikan anak mendapatkan vaksin dengue seperti Qdenga yang kini tersedia di KMNC (Kosambi Maternal & Children). Vaksinasi dapat membantu menurunkan risiko DBD dan menjaga anak tetap sehat sepanjang musim hujan.
📍 Kunjungi KMNC terdekat atau buat janji konsultasi melalui WhatsApp 0811-1028-232.
Kunjungi juga situs resmi kami di kmnc.co.id untuk informasi layanan dan promo menarik.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).
https://www.kemkes.go.id - World Health Organization (WHO). (2022). Dengue and Severe Dengue – Key Facts.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue - Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). Dengue Fever – Symptoms, Diagnosis, and Treatment.
https://www.cdc.gov/dengue - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2024). Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak: Gejala, Diagnosis, dan Pencegahan.
https://www.idai.or.id
