Kesehatan Reproduksi

Infertilitas pada Wanita: Kenali Faktor Risiko, dan Cara Mencegahnya!

Setiap pasangan tentu mendambakan kehadiran buah hati sebagai pelengkap kebahagiaan rumah tangga. Namun, tidak semua perjalanan menuju kehamilan berjalan mulus. Sebagian wanita menghadapi tantangan berupa infertilitas atau ketidaksuburan, yakni kondisi ketika sulit untuk hamil meski telah berhubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi selama satu tahun atau lebih.

Infertilitas bukan hanya persoalan fisik, tetapi juga bisa berdampak emosional, sosial, dan psikologis. Perasaan cemas, sedih, hingga stres sering kali muncul pada pasangan yang sedang berjuang memiliki anak. Oleh karena itu, memahami penyebab dan faktor risikonya menjadi langkah penting untuk menemukan solusi yang tepat.

Apa Itu Infertilitas?

Secara medis, infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan seorang wanita untuk hamil setelah 12 bulan berhubungan seksual tanpa perlindungan.Namun, bagi wanita berusia 35 tahun ke atas, batas waktu tersebut menjadi 6 bulan karena kemampuan reproduksi cenderung menurun seiring bertambahnya usia.

Infertilitas dibedakan menjadi dua jenis:

  1. Infertilitas primer: wanita belum pernah hamil sama sekali. 
  2. Infertilitas sekunder: wanita pernah hamil sebelumnya, tetapi kini sulit untuk hamil kembali.

Bagaimana Proses Kehamilan Terjadi?

Agar kehamilan dapat terjadi, tubuh wanita harus melalui serangkaian proses yang saling berkesinambungan:

  1. Ovarium (indung telur) melepaskan sel telur setiap bulan (proses ovulasi). 
  2. Sperma harus berhasil membuahi sel telur di tuba falopi. 
  3. Embrio yang terbentuk kemudian bergerak menuju rahim dan menempel di dinding rahim (implantasi). 

Gangguan pada salah satu tahapan tersebut baik ovulasi, pembuahan, maupun implantasi dapat menyebabkan infertilitas.

Faktor Risiko Infertilitas pada Wanita

Infertilitas pada wanita tidak selalu disebabkan oleh satu faktor tunggal. Dalam banyak kasus, beberapa kondisi medis dan gaya hidup dapat saling mempengaruhi hingga akhirnya menghambat proses kehamilan. Mengetahui faktor risiko infertilitas sejak dini sangat penting agar wanita bisa melakukan pencegahan dan mendapatkan penanganan tepat waktu. Berikut beberapa faktor risiko infertilitas pada wanita:

1. Usia

Faktor usia merupakan penyebab paling kuat dalam menurunkan kesuburan wanita.

  • Setelah usia 30 tahun, jumlah dan kualitas sel telur mulai berkurang.
  • Di atas 35 tahun, risiko gangguan ovulasi, keguguran, dan kelainan kromosom meningkat.
  • Setelah 40 tahun, peluang kehamilan alami menurun tajam meski masih mungkin dengan bantuan medis.

Maka, bagi wanita yang merencanakan kehamilan di usia matang, penting melakukan pemeriksaan kesuburan berkala untuk menilai cadangan ovarium dan kondisi reproduksi.

2. Berat Badan Tidak Ideal

Kelebihan berat badan (obesitas) maupun kekurangan berat badan (underweight) dapat mengacaukan keseimbangan hormon reproduksi.

  • Wanita obesitas cenderung mengalami resistensi insulin dan gangguan ovulasi.
  • Sementara wanita yang terlalu kurus sering kali tidak berovulasi karena rendahnya kadar estrogen.

Menjaga berat badan ideal melalui pola makan sehat dan aktivitas fisik ringan adalah salah satu langkah penting meningkatkan peluang kehamilan.

3. Riwayat Gangguan Hormon

Kondisi seperti PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), gangguan tiroid, atau hiperprolaktinemia dapat menghambat proses ovulasi. Di KMNC, pemeriksaan hormon dilakukan secara menyeluruh untuk membantu dokter menentukan akar penyebab infertilitas dan langkah terapi yang paling efektif.

4. Riwayat Infeksi Panggul

Infeksi panggul atau PID (Pelvic Inflammatory Disease) sering disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore. Infeksi ini dapat menimbulkan jaringan parut dan menyumbat tuba falopi, sehingga sperma tidak dapat mencapai sel telur.

Pemeriksaan tuba falopi melalui Histerosalpingografi (HSG) untuk membantu mendeteksi kondisi ini sejak dini.

5. Endometriosis

Pertumbuhan jaringan mirip lapisan rahim di luar rahim ini bisa menyebabkan:

  • Nyeri haid berat
  • Gangguan ovulasi
  • Perlengketan pada tuba falopi atau ovarium

Endometriosis sering kali tidak terdeteksi tanpa pemeriksaan laparoskopi. Oleh karena itu, jika kamu sering mengalami nyeri haid parah, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis.

6. Faktor Gaya Hidup

Kebiasaan sehari-hari memiliki pengaruh besar terhadap kesuburan wanita:

  • Merokok: mempercepat penuaan ovarium dan menurunkan kualitas sel telur.
  • Konsumsi alkohol berlebih: mengganggu keseimbangan hormon estrogen dan progesteron.
  • Paparan bahan kimia berbahaya: seperti pestisida, logam berat, dan zat pelarut.
  • Kurang tidur & stres: menurunkan produksi hormon reproduksi.

KMNC selalu menekankan pentingnya pendampingan gaya hidup sehat bagi pasangan yang sedang berjuang untuk hamil.

7. Riwayat Operasi Rahim atau Panggul

Prosedur medis seperti kuretase, operasi miom, atau operasi caesar berulang dapat meninggalkan jaringan parut (adhesi) di rahim dan tuba falopi. Kondisi ini bisa mengganggu pergerakan sperma atau implantasi embrio.

Dengan pemeriksaan USG transvaginal yang tersedia di KMNC, dokter dapat menilai kondisi rahim dan memantau area yang berpotensi menyebabkan hambatan kesuburan.

8. Faktor Genetik dan Imunologis

Beberapa wanita memiliki kelainan genetik yang mempengaruhi fungsi ovarium atau kualitas sel telur. Selain itu, pada kasus tertentu, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sperma atau embrio karena dianggap benda asing (infertilitas imunologis). Meski jarang, kondisi ini dapat diidentifikasi melalui tes khusus dan ditangani dengan terapi yang tepat.

9. Penggunaan Obat dan Terapi Tertentu

Beberapa jenis obat seperti kemoterapi, antidepresan, atau terapi hormon tertentu dapat menurunkan kesuburan. Jika kamu memiliki riwayat pengobatan jangka panjang, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis agar perawatan dapat disesuaikan dengan kondisi reproduksimu.

7 Cara Mencegah Infertilitas

🌿 1. Jaga Pola Hidup Sehat

  • Konsumsi makanan bergizi seimbang: Perbanyak buah, sayur, biji-bijian, ikan, dan protein tanpa lemak. Nutrisi seperti asam folat, zat besi, zinc, dan vitamin E penting untuk kesuburan. 
  • Olahraga teratur: Aktivitas fisik sedang seperti jalan cepat, yoga, atau berenang membantu menjaga berat badan ideal dan memperlancar sirkulasi darah ke organ reproduksi. 
  • Hindari stres berlebihan: Stres kronis dapat mengganggu keseimbangan hormon yang mempengaruhi ovulasi.

🚭 2. Hindari Kebiasaan Buruk

  • Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol: Zat beracun dari rokok dan alkohol dapat merusak kualitas sel telur dan sperma. 
  • Batasi konsumsi kafein: Minum kopi berlebihan bisa mengganggu keseimbangan hormon, jadi sebaiknya batasi maksimal 1–2 cangkir per hari. 
  • Jauhi narkoba dan obat tanpa resep dokter: Beberapa obat dapat menurunkan kesuburan.

⚖️ 3. Pertahankan Berat Badan Ideal

Baik kelebihan berat badan (obesitas) maupun berat badan terlalu rendah dapat mengganggu siklus menstruasi dan ovulasi. Konsultasikan dengan dokter gizi untuk menentukan berat badan ideal sebelum program hamil.

🩺 4. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi

Lakukan pemeriksaan rutin untuk:

  • Mengecek fungsi rahim, ovarium, dan saluran tuba falopi.
  • Mengetahui kualitas sperma pada pasangan pria.
  • Deteksi dini penyakit seperti PCOS, endometriosis, infeksi panggul, atau gangguan hormon yang dapat menyebabkan infertilitas.

🕒 5. Hindari Menunda Kehamilan Terlalu Lama

Usia mempengaruhi kualitas sel telur dan sperma. Setelah usia 35 tahun, peluang hamil menurun secara signifikan. Bila kamu sudah menikah lebih dari 1 tahun dan belum hamil (atau 6 bulan bila usia di atas 35 tahun), segera konsultasikan ke dokter spesialis kandungan.

💊 6. Tangani Penyakit Menular dan Hormonal Sejak Dini

Infeksi seperti chlamydia dan gonore dapat menyebabkan penyumbatan saluran tuba, sementara gangguan tiroid atau diabetes juga dapat mempengaruhi kesuburan. Pengobatan dini sangat penting untuk mencegah kerusakan permanen.

💗 7. Jaga Hubungan Intim yang Sehat

Lakukan hubungan seksual secara teratur (2–3 kali seminggu), terutama pada masa subur. Hindari penggunaan pelumas berbahan kimia yang dapat mengganggu pergerakan sperma.

Pemeriksaan Medis untuk Mengetahui Penyebab Infertilitas

Jika seorang wanita sulit hamil, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan, antara lain:

  1. Tes darah hormon – mengukur kadar FSH, LH, estrogen, prolaktin, dan TSH. 
  2. USG transvaginal – untuk memeriksa kondisi rahim dan ovarium. 
  3. Histerosalpingografi (HSG) – untuk melihat apakah tuba falopi tersumbat. 
  4. Laparoskopi diagnostik – memungkinkan dokter melihat langsung kondisi organ reproduksi. 
  5. Pemantauan ovulasi – menggunakan tes ovulasi atau pemeriksaan USG serial.

Cara Menjaga dan Meningkatkan Kesuburan

Beberapa langkah sederhana berikut dapat membantu menjaga kesuburan dan mendukung sistem reproduksi yang sehat:

  • Konsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya buah, sayur, dan protein.
  • Hindari rokok, alkohol, dan kafein berlebihan.
  • Pertahankan berat badan ideal.
  • Rutin berolahraga ringan seperti yoga atau jalan kaki.
  • Tidur cukup dan kelola stres melalui relaksasi atau meditasi.
  • Lakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala.

Selain itu, pasangan juga sebaiknya memperhatikan kualitas sperma pria, karena masalah kesuburan tidak hanya berasal dari pihak wanita.

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah konsultasi dengan dokter kandungan atau spesialis fertilitas jika:

  • Tidak hamil setelah 1 tahun mencoba (atau 6 bulan bila usia di atas 35 tahun). 
  • Mengalami siklus menstruasi tidak teratur atau tidak haid sama sekali. 
  • Sering merasakan nyeri panggul kronis atau nyeri hebat saat haid. 
  • Memiliki riwayat infeksi panggul, endometriosis, atau operasi rahim. 

Deteksi dini dapat membantu menemukan penyebab infertilitas lebih cepat dan meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.

Penanganan Infertilitas

Tergantung penyebabnya, dokter dapat merekomendasikan berbagai pilihan terapi, seperti:

  • Terapi hormon untuk mengatur siklus ovulasi. 
  • Operasi laparoskopi untuk memperbaiki tuba falopi atau mengangkat mioma. 
  • Inseminasi intrauterin (IUI) untuk membantu sperma mencapai sel telur. 
  • Fertilization In Vitro (IVF) atau bayi tabung, jika metode lain tidak berhasil. 

Infertilitas pada wanita adalah kondisi yang kompleks dan sering kali multifaktorial. Namun, dengan deteksi dini, pola hidup sehat, dan penanganan medis yang tepat di KMNC, peluang untuk hamil tetap terbuka lebar.

Di KMNC (Kosambi Maternal and Children Clinic), kami hadir untuk mendampingi setiap langkah perjalananmu menuju kehamilan yang sehat dan bahagia. Untuk Informasi layanan dan promo menarik Kunjungi website kami di kmnc.co.id atau hubungi Admin KMNC di WhatsApp: 08111028232

Menjaga kesehatan reproduksi bukan hanya tentang kehamilan, tetapi tentang keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa. Mulailah hidup sehat hari ini untuk masa depan yang lebih subur, bahagia, dan penuh harapan.

Referensi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Privacy Settings
We use cookies to enhance your experience while using our website. If you are using our Services via a browser you can restrict, block or remove cookies through your web browser settings. We also use content and scripts from third parties that may use tracking technologies. You can selectively provide your consent below to allow such third party embeds. For complete information about the cookies we use, data we collect and how we process them, please check our Privacy Policy
Youtube
Consent to display content from - Youtube
Vimeo
Consent to display content from - Vimeo
Google Maps
Consent to display content from - Google
Spotify
Consent to display content from - Spotify
Sound Cloud
Consent to display content from - Sound